image
image

Menumbuhkan Karakter Melalui Nilai-Nilai Aswaja: Moderasi, Toleransi, Keseimbangan, dan Penguatan Kebaikan

ReligiusJumat, 21 Juni 2024

122x Dilihat

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat sikap-sikap yang dapat membentuk karakter. Memiliki karakter yang kuat adalah hal penting bagi setiap individu. Sikap-sikap ini dapat diterapkan melalui penanaman nilai-nilai yang dipelajari dalam mata kuliah Aswaja. Dalam mata kuliah ini mengajarkan sikap Tawassuth dan I'tidal (moderat dan teguh) berarti bersikap di tengah, tidak memihak pada pro atau kontra, serta tidak ekstrem baik ke kanan maupun ke kiri. Sikap ini menempatkan diri sebagai pihak yang netral dan objektif, seorang hakim dalam sistem peradilan. Hakim harus memutuskan perkara berdasarkan fakta dan bukti yang ada, tanpa dipengaruhi oleh opini pribadi atau tekanan dari pihak luar. 

 

Dengan mengedepankan sikap tawassuth dan i'tidal ini, Kampus NU akan terus menjadi institusi teladan bagi banyak pihak dengan kemampuan untuk memelihara dan menyambut semua kalangan. Sikap moderat dan teguh ini tidak menunjukkan ketiadaan pendirian atau prinsip, tetapi menggambarkan kearifan dalam perilaku dan tindakan. Sehingga baik sikap maupun tindakannya senantiasa diupayakan jujur dan tepat, dalam konteks membangun dan menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrem) disertai keteguhan hati (i'tidal) dalam memegang prinsip.

 

Keanekaragaman dalam kehidupan sosial adalah fitrah dan ketentuan Allah agar terjadi kedinamisan kehidupan menuju keharmonisan hubungan antara satu individu dengan yang lainnya. Hal ini mengharuskan kita untuk memiliki sikap tasamuh (toleransi). Allah menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan, baik dalam agama, etnis, bahasa, ras, budaya, pemikiran, maupun kehendak yang satu sama lain tidak mungkin sama. Surat Al Imran ayat 103 menjelaskan bahwa kita harus mempunyai karakter yang menganggap perbedaan sebagai keniscayaan, dan perbedaan bukanlah jalan untuk perpecahan karena tidak ada yang salah dengan semua perbedaan tersebut.

 

Terdapat perbedaan pendapat dalam masalah keagamaan, terutama pada hal-hal yang bersifat furu' (cabang persoalan) yang sering menimbulkan khilafiyah (perbedaan pendapat di kalangan ulama), serta dalam masalah kebudayaan. Kesalahan dalam menyikapi perbedaan ini sering menjadi masalah besar dalam kehidupan bertoleransi. Sikap tasamuh (toleransi) perlu dijadikan dasar dalam menghadapi perbedaan pendapat untuk mencegah perpecahan. Toleransi yang dimaksud bisa diterapkan dalam menyikapi perbedaan keyakinan.

 

Sikap toleransi membutuhkan usaha untuk menemukan kesamaan, bukan memperbesar perbedaan. Dari kesamaan tersebut, kemudian dibangun persaudaraan, baik itu ukhuwah islamiyyah (persaudaraan antar sesama Muslim), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan antar sesama warga negara), maupun ukhuwah basyariah (persaudaraan antar sesama manusia).

 

Sikap Tawazun (seimbang) adalah penerapan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan sikap tawazun ini, setiap penganut paham Aswaja harus menghindari sikap berlebihan pada satu aspek dan tidak mengabaikan pertimbangan lainnya. Dalam memahami teks keagamaan, harus ada keseimbangan antara penggunaan wahyu dan akal. Saat berkhidmah (mengabdi), juga perlu mempertimbangkan keseimbangan antara pengabdian kepada Allah SWT, sesama manusia, dan lingkungan hidup. Ini melibatkan harmonisasi kepentingan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Selain itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara, dan dalam pergaulan global.

 

Sikap Amar Ma'ruf Nahi Munkar berarti selalu peka untuk mendorong perbuatan baik yang bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah segala hal yang bisa menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan. Prinsip amar ma'ruf nahi munkar ini mutlak diperlukan untuk mendukung kemaslahatan dan kebahagiaan baik lahir maupun batin. Tindakan amar ma'ruf nahi munkar ini dimulai dari diri sendiri, dari lingkungan terdekat yaitu keluarga, dari hal yang terkecil, dan dilakukan segera. Adapun prinsip nahi munkar harus dilakukan dengan cara yang makruf, tidak keras atau merusak, serta dalam kerangka tetap menjaga harkat dan martabat kemanusiaan. Maka, kita tidak diperkenankan membenci pelakunya tetapi tetap merangkulnya agar tetap beriman kepada Allah SWT. 

Sikap-sikap ini adalah Tawassuth dan I’tidal (moderat dan teguh), Tasamuh (toleran), Tawazun (seimbang). Amar Ma'ruf Nahi Munkar merupakan pondasi agar tetap membumi. Sikap membumi berarti memiliki karakter rendah hati dan tidak sombong ketika berhadapan dengan orang lain. Sikap membumi akan menjadi mahkota yang indah dilihat, seperti jika kita menjumpai teman yang selalu rendah hati atau merendahkan diri meskipun ia pintar dan berpendidikan tinggi, serta memiliki budi pekerti yang luhur. Maka sikap dan tingkah lakunya tersebut sangat menyenangkan kita.

 

Membiasakan diri menerapkan sikap seperti moderasi dan keteguhan (Tawassuth dan I'tidal), toleransi (Tasamuh), keseimbangan (Tawazun), serta mendorong kebaikan dan mencegah keburukan (Amar Ma'ruf Nahi Munkar) dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Dengan cara ini, setiap individu dapat menjadi lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih bertanggung jawab dalam segala aspek kehidupannya.

 

Pondasi-pondasi di atas sangat berguna untuk mewujudkan kampus Unisla Goes Internasional. Menurut Pembina YPPTI Sunan Giri Lamongan, KH. Mochammad Machsoem Faqih, "Unisla sudah saatnya berkolaborasi untuk menjadi unggul." Kata "kolaborasi" di sini berarti melibatkan proses komunikasi yang transparan dan tepercaya, di mana semua pihak merasa mendapat informasi dan dapat memberikan masukan serta ide kepada pihak lain yang bekerja sama dengan mereka. Yang paling penting, kolaborasi juga melibatkan pengambilan keputusan bersama, di mana aturan pengambilan keputusan dipahami oleh semua orang dan semua pihak yang terlibat dapat memberikan informasi atau mempengaruhi keputusan-keputusan penting yang berpotensi berdampak pada mereka, terutama dalam hal alokasi sumber daya.

 

shareBagikan Melalui :
facebooktwitterwhatsapptelegram

Penulis

author image

Ike Yulita Kuswardani

Pimpinan Redaksi

email-icon