image
image

Langkah-langkah Mimpi

ArtikelJumat, 5 Juli 2024

128x Dilihat

Di sebuah desa kecil di pinggiran kota Lamongan, hiduplah seorang pemuda bernama Permana. Ia adalah putra sulung dari keluarga sederhana yang hidup dengan penghasilan pas-pasan. Ayahnya, Pak Budi, adalah seorang buruh tani, sementara ibunya, Bu Sari, menjual kue keliling untuk membantu perekonomian keluarga.

 

Sejak kecil, Permana dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin. Ia selalu menjadi juara kelas, meski harus belajar di bawah penerangan lampu minyak. Mimpinya sederhana namun tinggi: menjadi seorang ahli teknologi yang bisa membuat aplikasi dan sistem yang membantu banyak orang.

Setelah lulus SMA dengan nilai gemilang, Permana diterima di Universitas Islam Lamongan, jurusan Teknik Informatika. Keluarganya sangat bangga, namun juga khawatir dengan biaya kuliah yang tidak sedikit. "Nak, kami akan berusaha sekuat tenaga agar kamu bisa kuliah," kata Pak Budi dengan mata berkaca-kaca.

 

Dengan semangat yang membara, Permana berangkat ke kota Lamongan. Di sana, ia tinggal di kamar kos yang sempit dan sederhana. Setiap hari, ia harus berjalan kaki hampir dua kilometer untuk sampai ke kampus. Namun, seiring berjalannya waktu, biaya kuliah dan biaya hidup semakin memberatkan keluarganya. Meski sudah bekerja paruh waktu sebagai pengajar les privat, Permana merasa beban ini terlalu besar untuk keluarganya.

 

Suatu malam, setelah mempertimbangkan dengan matang, Permana memutuskan untuk berhenti kuliah. Ia tidak ingin melihat orang tuanya terus-terusan kesulitan demi membiayai pendidikannya. "Pak, Bu, Permana akan berhenti kuliah dan belajar sendiri di rumah. Permana akan tetap mengejar mimpi menjadi ahli teknologi," katanya dengan tegas namun lembut.

 

Dengan hati yang berat, orang tuanya merestui keputusan itu. Permana kembali ke desa dan mulai belajar otodidak. Ia mencari berbagai sumber belajar dari internet, mulai dari tutorial video, artikel, hingga forum-forum diskusi. Permana belajar siang dan malam, mendalami pemrograman, desain sistem, dan pengembangan aplikasi.

 

Tak lama kemudian, Permana mulai mencoba membuat proyek-proyek kecil. Ia mengembangkan aplikasi sederhana untuk kebutuhan desa, seperti sistem informasi warga dan aplikasi manajemen pertanian. Perlahan namun pasti, karyanya mulai dikenal dan digunakan oleh warga setempat.

Suatu hari, seorang pengusaha lokal yang mendengar tentang kemampuan Permana, menghubunginya. Pengusaha tersebut tertarik dengan salah satu aplikasi yang dibuat Permana dan ingin bekerja sama untuk mengembangkannya lebih lanjut. Kesempatan ini menjadi titik balik bagi Permana. Ia mendapatkan dukungan finansial dan akses ke sumber daya yang lebih besar untuk mengembangkan karyanya.

 

Proyek kerjasama ini berkembang pesat. Aplikasi yang dikembangkan oleh Permana menjadi sukses besar, tidak hanya di Lamongan, tetapi juga di berbagai daerah lain. Penghasilannya mulai meningkat, dan ia bisa membantu membiayai pendidikan adik-adiknya serta memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya.

 

Meski telah mencapai kesuksesan, Permana tetap rendah hati dan tidak melupakan asal usulnya. Ia sering berbagi ilmu dan pengalaman dengan pemuda-pemuda di desanya, mendorong mereka untuk tidak takut bermimpi besar meski berasal dari keluarga sederhana.

shareBagikan Melalui :
facebooktwitterwhatsapptelegram

Penulis

author image

Muhammad Nurul Huda

Pewarta

email-icon